Selasa, 15 Januari 2013

Javindo


Javindo, juga dikenal dengan istilah peyoratif Krontjong, merupakan bahasa Kreol Belanda yang dituturkan di Pulau Jawa. Nama Javindo merupakan portmanteau Java (Jawa) dan Indo, kata Belanda untuk campuran keturunan Indonesia dan Belanda. Bahasa ini dikembangkan dari komunikasi antara ibu yang berbahasa Jawa dan ayah yang berbahasa Belanda dalam keluarga Indo. Pembicara utamanya ialah orang Indo Eurasia. Tatabahasa didasarkan pada bahasa Jawa, sementara kosakata didasarkan pada bahasa Belanda. Leksikon Belanda diucapkan dengan cara Jawa.Meskipun sebagian besar kata-katanya berasal dari bahasa Belanda, tata bahasa dan penyusunan kalimat sebagian besar berasal dari bahasa Jawa, termasuk unsur-unsur seperti: morfologi; kurangnya kata kerja, ada bentuk lampau, ada kata kerja yang terbatas. Javindo harap jangan dikelirukan dengan bahasa Pecok, bahasa Kreol Belanda-Melayu yang juga dituturkan di Indonesia. Seiring hilangnya generasi yang hidup di era Hindia Belanda, bahasa ini hampir punah. 

Bahasa Baduy


Bahasa Baduy adalah bahasa yang digunakan suku Baduy. Penuturnya tersebar di gunung Kendeng,Rangkasbitung, Lebak; Pandeglang; dan Sukabumi. Penuturnya berjumlah kira-kira 20 000 orang (2000).
Dari segi linguistik, bahasa Baduy bukan dialek dari bahasa Sunda, tapi dimasukkan ke dalam suatu rumpun bahasa Sunda, yang sendirinya merupakan kelompok dalam rumpun bahasa Melayu-Sumbawa di cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia.

Bahasa Karo


Bahasa Karo adalah bahasa yang digunakan oleh suku Karo yang mendiami Dataran Tinggi Karo (Kabupaten Karo), LangkatDeli SerdangDairi, Medan, hingga ke Aceh Tenggara di Indonesia.
Bahasa Karo secara historis ditulis menggunakan aksara Batak yang berasal dari Brahmi dari India kuno. namun kini hanya sejumlah kecil orang Karo dapat menulis atau memahami aksara Batak, dan sebaliknya aksara Latin yang digunakan .
Jumlah penutur bahasa karo sekitar 600.000 orang pada tahun 1991

Perbandingan dengan Bahasa Tagalog


Perbandingan dengan Bahasa Tagalog

Bahasa Bawean = Bahasa Tagalog
  • Apoy = Apoy (Bahasa Melayu = Api)
  • Elong = Elong; penggunaan [e] (Bahasa Melayu = Hidung)
  • Matay = Mamatay (Bahasa Melayu = Mati)
Contoh:
  • Eson terro ka be'na = saya sayang kamu (di Bawean ada juga yang menyebutnya EhonEsontidak dikenal di bahasa Madura)
  • Bhuk, badha berrus? = Buk, ada sikat? (berrus dari kata brush)
  • Ekalakaken = ambilkan (di Madura ekala'aghi, ada pengaruh Jawa kuno di akhiran -aken).
  • Silling = langit-langit (dari kata ceiling)

Perbandingan dengan bahasa Banjar


Perbandingan dengan bahasa Banjar

Perkataan yang sama dengan bahasa Banjar:
Bahasa Banjar = Bahasa Bawean
  • Mukena = Mukena (Bahasa Melayu = Telekung Sembahyang)
  • Bibini = Bibini (Bahasa Melayu = Perempuan)

Perbandingan dengan bahasa Jawa


Perbandingan dengan bahasa Jawa

Perkataan yang sama dengan bahasa Jawa:
Bahasa Jawa = Bahasa Bawean
  • Kadung = Kadung (Bahasa Melayu = Terlanjur)
  • Peteng = Peteng (Bahasa Melayu = Gelap)
Konsonan [w] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [b], seperti:
Bahasa Jawa ~ Bahasa Bawean
  • Lawang = Labang(baca Labeng) (Bahasa Melayu = Pintu)
Konsonan [j] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [d͡ʒ], seperti:
  • Payu = paju (Bahasa Melayu = Laku)

Perbandingan dengan bahasa Melayu


Perbandingan dengan bahasa Melayu

Bahasa Bawean juga banyak yang sememangnya sama dengan Bahasa Melayu, contohnya:
  • Dapur (baca: Depor) = Dapur
  • Kanan = Kanan
  • Banyak (baca: benyyak) = Banyak
  • Masuk = Masuk
  • Suruh = Suruh
Perbedaan imbuhan di depan, contohnya:
  • Ngakan = Makan
  • Nginum = Minum
  • Arangkak = Merangkak
  • Juk-tojuk =Duduk-duduk
  • Asapoan = Nyapu
  • Acaca = Bicara
Konsonan [j] biasanya ditukar ke [d͡ʒ], seperti:
  • Bajar (baca: Bejer) = Bayar
  • Lajan (baca: Lajen) = Layan
  • Sembhajang (baca: sembejeng) = Sembahyang
Konsonan [w] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [b], seperti:
  • Bhabang (baca: Bebeng)= Bawang
  • Jhaba (baca: Jebe) = Jawa

Bawean


Bawean

Bahasa Bawean ditengarai sebagai kreolisasi bahasa Madura, karena kata-kata dasarnya yang berasal dari bahasa ini, namun bercampur aduk dengan kata-kata Melayu dan Inggris serta bahasa Jawa karena banyaknya orang Bawean yang bekerja atau bermigrasi ke Malaysia dan Singapura, Bahasa Bawean memiliki ragam dialek bahasa biasanya setiap kawasan atau kampung mempunyai dialek bahasa sendiri seperti Bahasa Bawean Dialek Daun, Dialek Kumalasa, Dialek Pudakit dan juga Dialek Diponggo. Bahasa ini dituturkan di Pulau Bawean, Gresik, Malaysia, dan Singapura. Di dua tempat terakhir ini bahasa Bawean dikenal sebagai Boyanese. Intonasi orang Bawean mudah dikenali di kalangan penutur bahasa Madura. Perbedaan kedua bahasa dapat diibaratkan dengan perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia, yang serupa tapi tak sama meskipun masing-masing dapat memahami maksudnya. Contoh-contoh:
  • eson atau ehon = aku (sengkok/engkok dalam bahasa Madura)
  • kalaaken = ambilkan (kalaagghi dalam bahasa Madura)
  • trimakasih = terimakasih (salengkong / sakalangkong / kalangkong dalam Bahasa Madura)
  • adek = depan (adek artinya dalam bahasa Madura

Dialek-dialek Bahasa Madura


Dialek-dialek Bahasa Madura

Bahasa Madura juga mempunyai dialek-dialek yang tersebar di seluruh wilayah tuturnya. Di Pulau Madura sendiri pada galibnya terdapat beberapa dialek seperti:
  • Dialek Bangkalan
  • Dialek Sampang
  • Dialek Pamekasan
  • Dialek Sumenep, dan
  • Dialek Kangean
Dialek yang dijadikan acuan standar Bahasa Madura adalah dialek Sumenep, karena Sumenep di masa lalu merupakan pusat kerajaan dan kebudayaan Madura. Sedangkan dialek-dialek lainnya merupakan dialek rural yang lambat laun bercampur seiring dengan mobilisasi yang terjadi di kalangan masyarakat Madura. Untuk di pulau Jawa, dialek-dialek ini seringkali bercampur dengan Bahasa Jawa sehingga kerap mereka lebih suka dipanggil sebagai Pendalungan daripada sebagai Madura. Masyarakat di Pulau Jawa, terkecuali daerah Situbondo, Bondowoso, dan bagian timur Probolinggo umumnya menguasai Bahasa Jawa selain Madura.
Contoh pada kasus kata ganti "kamu":
  • kata be'en umum digunakan di Madura. Namun kata be'na dipakai di Sumenep.
  • sedangkan kata kakeh untuk kamu lazim dipakai di Bangkalan bagian timur dan Sampang.
  • Heddeh dan Seddeh dipakai di daerah pedesaan Bangkalan.
Khusus Dialek Kangean, dialek ini merupakan sempalan dari Bahasa Madura yang karena berbedanya hingga kerap dianggap bukan bagian Bahasa Madura, khususnya oleh masyarakat Madura daratan.
Contoh:
  • akoh: saya (sengko' dalam bahasa Madura daratan)
  • kaoh: kamu (be'en atau be'na dalam bahasa Madura daratan)
  • berrA' : barat (berre' dengan e schwa dalam bahasa Madura daratan)
  • morrAh: murah (modhe dalam bahasa Madura daratan)

Tingkatan Bahasa


Tingkatan Bahasa

Bahasa Madura sebagaimana bahasa-bahasa di kawasan Jawa dan Bali juga mengenal Tingkatan-tingkatan, namun agak berbeda karena hanya terbagi atas tiga tingkat yakni:
  • Ja' - iya (sama dengan ngoko)
  • Engghi-Enthen (sama dengan Madya)
  • Engghi-Bunthen (sama dengan Krama)
Contoh :
  • Berempa' arghena paona?: Mangganya berapa harganya? (Ja'-iya)
  • Saponapa argheneppon paona?: Mangganya berapa harganya? (Engghi-Bunthen)

Sistem pengucapan


Sistem pengucapan

Bahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinyapun mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalan tadi.
Bahasa Madura mempunyai lafal sentak dan ditekan terutama pada konsonan [b][d][j][g]jhdhdan bh atau pada konsonan rangkap seperti jjdd dan bb . Namun demikian penekanan ini sering terjadi pada suku kata bagian tengah.
Sedangkan untuk sistem vokal, Bahasa Madura mengenal vokal [a][i][u][e][ə] dan [o].

Kosakata Bahasa Madura


Kosakata

Bahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Malayo-Polinesia, sehingga mempunyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia.
Bahasa Madura banyak terpengaruh oleh Bahasa Jawa, MelayuBugis, Tionghoa dan lain sebagainya. Pengaruh bahasa Jawa sangat terasa dalam bentuk sistem hierarki berbahasa sebagai akibat pendudukan Mataram atas Pulau Madura. Banyak juga kata-kata dalam bahasa ini yang berakar dari bahasa Indonesia atau Melayu bahkan dengan Minangkabau, tetapi sudah tentu dengan lafal yang berbeda.
Contoh :
  • bhila (huruf "a" dibaca [e] ) sama dengan bila = kapan
  • oreng = orang
  • tadha' = tidak ada (hampir sama dengan kata tadak dalam Melayu Pontianak)
  • dhimma (baca: dimmah) = mana? (hampir serupa dengan dima di Minangkabau)
  • tanya = sama dengan tanya
  • cakalan = tongkol (hampir mirip dengan kata Bugis : cakalang tapi tidak sengau)
  • onggu = sungguh, benar (dari kata sungguh)
  • Kamma (baca: kammah mirip dengan kata kama di Minangkabau)= kemana?

Bahasa Madura


Bahasa Madura adalah bahasa yang digunakan Suku Madura. Bahasa Madura mempunyai penutur kurang lebih 14 juta orang , dan terpusat di Pulau Madura, Ujung Timur Pulau Jawa atau di kawasan yang disebut kawasan Tapal Kuda terbentang dari Pasuruan, Surabaya, Malang, sampai Banyuwangi, Kepulauan Masalembo, hingga Pulau Kalimantan.
Bahasa Kangean, walau serumpun, dianggap bahasa tersendiri.
Di Pulau Kalimantan, masyarakat Madura terpusat di kawasan Sambas, Pontianak, Bengkayang dan Ketapang, Kalimantan Barat, sedangkan di Kalimantan Tengah mereka berkonsentrasi di daerah Kotawaringin Timur, Palangkaraya dan Kapuas. Namun kebanyakan generasi muda Madura di kawasan ini sudah hilang penguasaan terhadap bahasa ibu mereka.

Bacaan

Semua tokoh di atas menyumbang SASTRA BARU, yaitu "Sastra Betawi" (Betawi Literature). Jadi tokoh sastra akademis yang berjuang bagi "Sastra Betawi" adalah:
  • Muhadjir (1979 dan 2002)
  • K. Ikranegara (1980). Melayu Betawi Grammar. Linguistic Studies in Indonesian and Languages in Indonesia 9. Jakarta: NUSA.
  • S. Wallace (1976). Linguistic and Social Dimensions of Phonological Variation in Jakarta Malay. PhD. Dissertation, Cornell University.
  • Klarijn Loven (2009). Watching Si Doel: Television, Language and Cultural Identity in Contemporary Indonesia, 477 halaman, ISBN-10: 90-6718-279-6. Penerbit: The KITLV/Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies at Leiden.
  • Lilie M. Roosman (April 2006). Lilie Roosman: Phonetic experiments on the word and sentence prosody of Betawi Malay and Toba Batak, Penerbit: Universiteit Leiden
Buku-buku yang menjadi pastokan "Sastra Betawi" adalah:
  • Bang Bandot Mati Lantaran Aids (Juli 2008 - Program Kerja Sama Dep-Sos)
  • Buku lainnya yang penting dalam ilmu makna adalah: Pengantar Sosiolinguistik. (Aslinda, dan Syafyahya, Leni. 2007. Bandung: PT. Refika Aditama)
  • Buku lainnya yang penting dalam ilmu makna adalah: Si Jampang Jago Betawi. (Ganesh TH. 1968. Komik 10 Jilid, Tentang Ganesh lihat: http://kabartop.com/berita-395-ganesh-th-legenda-komik-indonesia.html)

tokoh bahasa Betawi


Tokoh

Tokoh-tokoh bahasa Betawi modern:
  • Firman Muntaco, yang terkenal dengan cerpen/artikel di koran tahun 1960an s.d. 1980an
  • Ganes TH., yang terkenal dengan komik "Si-Jampang: Jago Betawi" yang isinya berbahasa betawi, tahun 1965an
  • Benyamin Sueb, yang terkenal memainkan film-film yang bergenre "bahasa Betawi", tahun 1970an
  • Syumanjaya, yang terkenal sebagai sutradara film "Si Doel: Anak Betawi", tahun 1970an

Kosa kata bahasa Betawi


Kosa kata bahasa Betawi dan artinya dalam bahasa Indonesia

Bahasa BetawiBahasa Indonesia
siapesiapa
apeapa
adeada
ajesaja
ayesaya
langgarsurau
GueSaya
tesisendok
emangmemang
kagaktidak
kayakseperti
babeayah
enyakibu
encangpaman
engkongKakek
NyaiNenek
EmpokKakak Perempuan
AbangKakak Laki-Laki
encingbibi
TaukeMajikan/Penguasa
centongSendok Nasi
tesisendok
centengPenjaga

Bahasa Betawi


Bahasa Betawi atau Melayu Dialek Jakarta atau Melayu Batavia (bew) adalah sebuah bahasa yang merupakan anak bahasa dari Melayu. Mereka yang menggunakan bahasa ini dinamakan orang Betawi. Bahasa ini hampir seusia dengan nama daerah tempat bahasa ini dikembangkan, yaitu Jakarta.
Bahasa Betawi adalah bahasa kreol (Siregar, 2005) yang didasarkan pada bahasa Melayu Pasar ditambah dengan unsur-unsur bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa dari Cina Selatan (terutama bahasa Hokkian), bahasa Arab, serta bahasa dari Eropa, terutama bahasa Belanda dan bahasa Portugis. Bahasa ini pada awalnya dipakai oleh kalangan masyarakat menengah ke bawah pada masa-masa awal perkembangan Jakarta. Komunitas budak serta pedagang yang paling sering menggunakannya. Karena berkembang secara alami, tidak ada struktur baku yang jelas dari bahasa ini yang membedakannya dari bahasa Melayu, meskipun ada beberapa unsur linguistik penciri yang dapat dipakai, misalnya dari peluruhan awalan me-, penggunaan akhiran -in (pengaruh bahasa Bali), serta peralihan bunyi /a/ terbuka di akhir kata menjadi /e/ atau /ɛ/ pada beberapa dialek lokal.

Bilangan dalam bahasa Sunda


Bilangan dalam bahasa Sunda

BilanganLemes
1hiji
2dua
3tilu
4opat
5lima
6genep
7tujuh
8dalapan
9salapan
10sa-puluh
11sa-belas
12dua belas
13tilu belas
....
20dua puluh
21dua puluh hiji
22dua puluh dua
....
100sa-ratus
101sa-ratus hiji
....
200dua ratus
201dua ratus hiji
....
1.000sa-rebu
....
1.000.000sa-juta
....
1.000.000.000sa-miliar
....
1.000.000.000.000sa-triliun
....
1.000.000.000.000.000sa-biliun

Perbedaan Bahasa Sunda di Banten


Perbedaan dengan Bahasa Sunda di Banten

Bahasa Sunda yang berada di Banten, serta yang berada di daerah Priangan (Garut, Tasikmalaya, Bandung, dll.) memiliki beberapa perbedaan. Mulai dari dialek pengucapannya, sampai beberapa perbedaan pada kata-katanya. Bahasa Sunda di Banten juga umumnya tidak mengenal tingkatan, Bahasa Sunda tersebut masih terlihat memiliki hubungan erat dengan bahasa Sunda Kuna. Namun oleh mayoritas orang-orang yang berbahasa Sunda yang memiliki tingkatan (Priangan), Bahasa Sunda Banten (Rangkasbitung, Pandeglang) digolongkan sebagai bahasa Sunda kasar. Namun secara prakteknya, Bahasa Sunda Banten digolongkan sebagai Bahasa Sunda dialek Barat. Pengucapan bahasa Sunda di Banten umumnya berada di daerah Selatan Banten (Lebak, Pandeglang). Berikut beberapa contoh perbedaannya:
Bahasa IndonesiaBahasa Sunda
(Banten)
Bahasa Sunda
(Priangan)
sangatjasapisan
dianyanaanjeunna
susahgatihese
sepertidoangsiga
tidak pernahtiloktara
sayaaingabdi
kamudia/manehanjeun
kaliandaria/maraneharanjeun
merekadarariana/maranehnaaranjeuna
merekamaraneharanjeuna
melihatnoongningali/nenjo
makanhakantuang/dahar
kenapapannaha
singkongdangdeursampeu
tidak mauembung/endungalim
belakangTukangPengker
repothaliwurebut
BajuJamangAcuk
TemanOrokBatur
DarahMoklaGeutih
Contoh perbedaan dalam kalimatnya seperti:
Ketika sedang berpendapat:
  • Sunda Banten (Rangkasbitung): "Jeuuuh aing mah embung jasa jadi doang jelma nu kedul!"
  • Sunda Priangan: "Ah abdi mah alim janten jalmi nu pangedulan teh!"
  • Bahasa Indonesia: "Wah saya sangat tidak mau menjadi orang yang malas!"
Ketika mengajak kerabat untuk makan (misalkan nama kerabat adalah Eka) :
  • Sunda Banten (Rangkasbitung): "Teh Eka, maneh arek hakan teu?"
  • Sunda Priangan: "Teh Eka, badé tuang heula?"
  • Bahasa Indonesia: "(Kak) Eka, mau makan tidak?"
Ketika sedang berbelanja:
  • Sunda Banten (Rangkasbitung): "Lamun ieu dangdeur na sabarahaan mang? Tong mahal jasa."
  • Sunda Priangan: "Dupi ieu sampeu sabarahaan mang? Teu kénging awis teuing nya"
  • Bahasa Indonesia: "Kalau (ini) harga singkongnya berapa bang? Jangan kemahalan."
Ketika sedang menunjuk:
  • Sunda Banten (Rangkasbitung): "Eta diditu maranehna orok aing"
  • Sunda Priangan: " Eta palih ditu réréncangan abdi. "
  • Bahasa Indonesia: "Mereka semua (di sana) adalah teman saya"

Meski berbeda pengucapan dan kalimat, namun bukan berarti beda bahasa, hanya berbeda dialek. Berbeda halnya dengan bahasa Sunda Priangan yang telah terpengaruh dari kerajaan Mataram. Hal itu yang menyebabkan bahasa Sunda Priangan, memiliki beberapa tingakatan. Sementara bahasa Sunda Banten, tidak memiliki tingkatan. Penutur aktif bahasa Sunda Banten saat ini, contohnya adalah orang-orang Sunda yang tinggal di daerah Banten bagian selatan (Pandeglang, Lebak). Sementara masyarakat tradisional pengguna dialek ini adalah suku Baduy di Kabupaten Lebak.
Sementara wilayah Utara Banten, seperti Serang, umumnya menggunakan bahasa campuran (multi-bilingual) antara bahasa Sunda dan Jawa.
pupuk balakbak nyabogaan watek

Waktu

Bahasa IndonesiaBahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
sebelumsaacan, saencan, saméméhsateuacan
sesudahsanggeussaparantos
ketikabasanalika
BesokIsukanEnjing

Tempat

Bahasa IndonesiaBahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
di atas ..di luhur ..palih luhur ..
di belakang ..di tukang ..palih pengker ..
di bawah ..di handap ..palih handap ..
di dalam ..di jero ..palih lebet ..
di luar ..di luar ..palih luar ..
di samping ..di sisi ..palih gigir ..
di antara ..
dan ..
di antara ..
jeung ..
antawis ..
sareng ..

Undak-usuk


Undak-usuk

Karena pengaruh budaya Jawa pada masa kekuasaan kerajaan Mataram-Islam, bahasa Sunda - terutama di wilayah Parahyangan - mengenal undak-usuk atau tingkatan berbahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun, di wilayah-wilayah pedesaan/pegunungan dan mayoritas daerah Banten, bahasa Sunda loma (bagi orang-orang daerah Bandung terdengar kasar) tetap dominan.

Aksara Sunda

HaNaCaRaKa
DaTaSaWaLa
PaDhaJaYaNya
MaGaBaThaNga

Sistem penulisan

Huruf BesarHuruf KecilNamaHuruf BesarHuruf KecilNama
AaMm
BbNn
CcNgng
DdNyny
EeOo
ÉéPp
EueuQq
GgRr
HhSs
IiTt
JjUu
KkWw
LlYy

Fonologi bahasa Sunda


Fonologi

Saat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Ada lima suara vokal murni (a, é, i, o, u), dua vokal netral, (e (pepet) dan eu (ɤ), dan tidak ada diftong. Fonem konsonannya ditulis dengan huruf p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y.
Konsonan lain yang aslinya muncul dari bahasa Indonesia diubah menjadi konsonan utama: f -> p, v -> p, sy -> s, sh -> s, z -> j, and kh -> h.
Berikut adalah fonem dari bahasa Sunda dalam bentuk tabel. Pertama vokal disajikan. (Silahkan isi sesuai keinginan)
Vokal
DepanMadyaBelakang
Tertutup
Tengaheəo
Hampir Terbuka(ɛ)ɤ(ɔ)
Terbukaa
Dan di bawah ini adalah tabel konsonan.
Konsonan
BibirGigiLangit2
keras
Langit2
lunak
Celah
suara
Sengaumnɲŋ
Letapp bt dc ɟk gʔ
Desissh
Getar/Sisil r
Hampiranwj

Sejarah dan penyebaran


Sejarah dan penyebaran

Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki Tatar Sunda/Pasundan. Namun demikian, bahasa Sunda juga dipertuturkan di bagian barat Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap. Banyak nama-nama tempat di Cilacap yang masih merupakan nama Sunda dan bukan nama Jawa seperti Kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu, dan sebagainya.
Selain itu menurut beberapa pakar bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah, berdasarkan nama "Dieng" yang dianggap sebagai nama Sunda (asal kata dihyang yang merupakan kata bahasa Sunda Kuna). Seiring mobilisasi warga suku Sunda, penutur bahasa ini kian menyebar bahkan sampai ke luar negeri. Misalnya, di Lampung, di Jambi, Riau dan Kalimantan Selatan banyak sekali warga Sunda menetap di daerah baru tersebut.

Variasi dalam bahasa Sunda


Variasi dalam bahasa Sunda


Peta linguistik Jawa Barat
Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda. Dialek-dialek ini adalah:
  • Dialek Barat
  • Dialek Utara
  • Dialek Selatan
  • Dialek Tengah Timur
  • Dialek Timur Laut
  • Dialek Tenggara
Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten dan Lampung. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa bagian Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di sekitar Majalengka. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kuningan, dialek ini juga dipertuturkan di beberapa bagian Brebes, Cilacap dan perbatasan Purwokerto, Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis dan Banyumas, Jawa Tengah.
Bahasa Sunda Kuna adalah bentuk bahasa Sunda yang ditemukan pada beberapa catatan tertulis, baik di batu (prasasti) maupun lembaran daun kering (lontar). Tidak diketahui apakah bahasa ini adalah dialek tersendiri atau merupakan bentuk yang menjadi pendahulu bahasa Sunda modern. Sedikitnya literatur berbahasa Sunda menyulitkan kajian linguistik varian bahasa ini.

Bahasa Sunda


Bahasa Sunda (Basa Sunda, dalam aksara Sunda Baku  adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh sekitar 34 juta orang (sekitar 1 juta orang di luar negeri) dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia. Bahasa Sunda dituturkan di hampir seluruh provinsi Jawa Barat, melebar hingga sebagian Jawa Tengah mulai dari Kali Pemali (Cipamali) di wilayah Brebes dan Majenang, Cilacap, di kawasan provinsi Banten dan Jakarta, serta di seluruh provinsi di Indonesia dan luar negeri yang menjadi daerah urbanisasi Suku Sunda.
Dari segi linguistik, bersama bahasa Baduy, bahasa Sunda membentuk suatu rumpun bahasa Sunda yang dimasukkan ke dalam rumpun bahasa Melayu-Sumbawa.